Si Buangan dan Jurus Serap Energi Leluhur

Par : Kiki Fitriawati
Offrir maintenant
Ou planifier dans votre panier
Disponible dans votre compte client Decitre ou Furet du Nord dès validation de votre commande. Le format ePub est :
  • Compatible avec une lecture sur My Vivlio (smartphone, tablette, ordinateur)
  • Compatible avec une lecture sur liseuses Vivlio
  • Pour les liseuses autres que Vivlio, vous devez utiliser le logiciel Adobe Digital Edition. Non compatible avec la lecture sur les liseuses Kindle, Remarkable et Sony
Logo Vivlio, qui est-ce ?

Notre partenaire de plateforme de lecture numérique où vous retrouverez l'ensemble de vos ebooks gratuitement

Pour en savoir plus sur nos ebooks, consultez notre aide en ligne ici
C'est si simple ! Lisez votre ebook avec l'app Vivlio sur votre tablette, mobile ou ordinateur :
Google PlayApp Store
  • FormatePub
  • ISBN8231794775
  • EAN9798231794775
  • Date de parution05/07/2025
  • Protection num.pas de protection
  • Infos supplémentairesepub
  • ÉditeurWalzone Press

Résumé

Demi melindunginya, dia rela menjadi monster yang diburu dunia. Qindoyana mengorbankan nama, kehormatan, dan kemanusiaannya untuk membangun sebuah benteng damai bagi satu-satunya orang yang berarti baginya. Namun, benteng itu dibangun di atas kebohongan, dan setiap batanya direkatkan dengan darah. Dari singgasananya yang sunyi, Qincaniyuna hanya bisa menyaksikan gema dari perbuatan mengerikan kakaknya.
Setiap kabar tentang kekejamannya adalah pengingat akan harga dari kedamaian yang ia nikmati. Ini bukanlah kisah cinta yang diucapkan, melainkan sebuah epik kelam yang dituturkan lewat keheningan, kerinduan, dan penerimaan yang menyakitkan. Sebuah perjalanan atmosferik dan puitis tentang ikatan tak terpisahkan yang lebih dalam dari dosa dan lebih kuat dari penghakiman dunia.
Demi melindunginya, dia rela menjadi monster yang diburu dunia. Qindoyana mengorbankan nama, kehormatan, dan kemanusiaannya untuk membangun sebuah benteng damai bagi satu-satunya orang yang berarti baginya. Namun, benteng itu dibangun di atas kebohongan, dan setiap batanya direkatkan dengan darah. Dari singgasananya yang sunyi, Qincaniyuna hanya bisa menyaksikan gema dari perbuatan mengerikan kakaknya.
Setiap kabar tentang kekejamannya adalah pengingat akan harga dari kedamaian yang ia nikmati. Ini bukanlah kisah cinta yang diucapkan, melainkan sebuah epik kelam yang dituturkan lewat keheningan, kerinduan, dan penerimaan yang menyakitkan. Sebuah perjalanan atmosferik dan puitis tentang ikatan tak terpisahkan yang lebih dalam dari dosa dan lebih kuat dari penghakiman dunia.