CINTAKU DI SEPARUH USIA. Bab 1: Kehangatan yang Retak, #1
Par :Formats :
Disponible dans votre compte client Decitre ou Furet du Nord dès validation de votre commande. Le format ePub est :
- Compatible avec une lecture sur My Vivlio (smartphone, tablette, ordinateur)
- Compatible avec une lecture sur liseuses Vivlio
- Pour les liseuses autres que Vivlio, vous devez utiliser le logiciel Adobe Digital Edition. Non compatible avec la lecture sur les liseuses Kindle, Remarkable et Sony

Notre partenaire de plateforme de lecture numérique où vous retrouverez l'ensemble de vos ebooks gratuitement
Pour en savoir plus sur nos ebooks, consultez notre aide en ligne ici
- FormatePub
- ISBN8230810698
- EAN9798230810698
- Date de parution10/03/2025
- Protection num.pas de protection
- Infos supplémentairesepub
- ÉditeurIndependently Published
Résumé
Bab 1: Kehangatan yang RetakMentari pagi menyapu perlahan jendela kamar Jericho, membangunkannya dengan cahaya hangat yang lembut. Di sisi tempat tidurnya, Maya masih terlelap dengan wajah damai. Jericho tersenyum kecil, menikmati pemandangan istrinya yang selalu memberikan ketenangan dalam hidupnya."Papa! Bangun! Ayo sarapan!" suara ceria Lila, putri bungsunya, menggema dari luar kamar. Jericho terkekeh pelan.
"Sebentar, sayang. Papa bangun!" serunya. Dia menoleh ke arah Maya, mengelus lembut pipi istrinya. "Bangun, Sayang. Anak-anak kita sudah menunggu."Maya membuka matanya perlahan dan tersenyum lemah. "Pagi yang indah, bukan?" bisiknya."Lebih indah karena kamu ada di sini, " jawab Jericho dengan suara lembut. Kehidupan mereka adalah potret kebahagiaan sederhana. Jericho, seorang arsitek sukses, memiliki karier yang cemerlang dan keluarga yang penuh cinta.
Bersama Maya dan dua putri mereka, Rania yang mulai beranjak remaja dan Lila yang masih polos dan ceria, hidup Jericho terasa lengkap. Namun, tak ada kebahagiaan yang abadi. Sore itu, ketika mereka sedang menikmati makan malam bersama, Maya tiba-tiba terbatuk hebat. Wajahnya pucat, dan Jericho segera menggenggam tangannya. "Kita ke dokter besok, ya?" pintanya dengan nada cemas. Maya mengangguk lemah, tetapi senyumnya tetap berusaha menenangkan suaminya.
Hari berikutnya menjadi awal dari kabar buruk yang mengubah segalanya."Kanker stadium lanjut, " kata dokter dengan suara pelan, seolah tak ingin kata-kata itu menghancurkan mereka. Dunia Jericho seketika runtuh. Maya tetap tenang, seolah sudah menerima takdirnya. Tapi Jericho? Dia tak bisa membayangkan hidup tanpa istrinya."Aku ingin kamu kuat, Chi, " kata Maya di malam itu. "Untuk Rania dan Lila.
Untuk dirimu sendiri."Tapi bagaimana mungkin? Bagaimana mungkin dia bisa kuat ketika cinta dalam hidupnya perlahan diambil pergi?
"Sebentar, sayang. Papa bangun!" serunya. Dia menoleh ke arah Maya, mengelus lembut pipi istrinya. "Bangun, Sayang. Anak-anak kita sudah menunggu."Maya membuka matanya perlahan dan tersenyum lemah. "Pagi yang indah, bukan?" bisiknya."Lebih indah karena kamu ada di sini, " jawab Jericho dengan suara lembut. Kehidupan mereka adalah potret kebahagiaan sederhana. Jericho, seorang arsitek sukses, memiliki karier yang cemerlang dan keluarga yang penuh cinta.
Bersama Maya dan dua putri mereka, Rania yang mulai beranjak remaja dan Lila yang masih polos dan ceria, hidup Jericho terasa lengkap. Namun, tak ada kebahagiaan yang abadi. Sore itu, ketika mereka sedang menikmati makan malam bersama, Maya tiba-tiba terbatuk hebat. Wajahnya pucat, dan Jericho segera menggenggam tangannya. "Kita ke dokter besok, ya?" pintanya dengan nada cemas. Maya mengangguk lemah, tetapi senyumnya tetap berusaha menenangkan suaminya.
Hari berikutnya menjadi awal dari kabar buruk yang mengubah segalanya."Kanker stadium lanjut, " kata dokter dengan suara pelan, seolah tak ingin kata-kata itu menghancurkan mereka. Dunia Jericho seketika runtuh. Maya tetap tenang, seolah sudah menerima takdirnya. Tapi Jericho? Dia tak bisa membayangkan hidup tanpa istrinya."Aku ingin kamu kuat, Chi, " kata Maya di malam itu. "Untuk Rania dan Lila.
Untuk dirimu sendiri."Tapi bagaimana mungkin? Bagaimana mungkin dia bisa kuat ketika cinta dalam hidupnya perlahan diambil pergi?
Bab 1: Kehangatan yang RetakMentari pagi menyapu perlahan jendela kamar Jericho, membangunkannya dengan cahaya hangat yang lembut. Di sisi tempat tidurnya, Maya masih terlelap dengan wajah damai. Jericho tersenyum kecil, menikmati pemandangan istrinya yang selalu memberikan ketenangan dalam hidupnya."Papa! Bangun! Ayo sarapan!" suara ceria Lila, putri bungsunya, menggema dari luar kamar. Jericho terkekeh pelan.
"Sebentar, sayang. Papa bangun!" serunya. Dia menoleh ke arah Maya, mengelus lembut pipi istrinya. "Bangun, Sayang. Anak-anak kita sudah menunggu."Maya membuka matanya perlahan dan tersenyum lemah. "Pagi yang indah, bukan?" bisiknya."Lebih indah karena kamu ada di sini, " jawab Jericho dengan suara lembut. Kehidupan mereka adalah potret kebahagiaan sederhana. Jericho, seorang arsitek sukses, memiliki karier yang cemerlang dan keluarga yang penuh cinta.
Bersama Maya dan dua putri mereka, Rania yang mulai beranjak remaja dan Lila yang masih polos dan ceria, hidup Jericho terasa lengkap. Namun, tak ada kebahagiaan yang abadi. Sore itu, ketika mereka sedang menikmati makan malam bersama, Maya tiba-tiba terbatuk hebat. Wajahnya pucat, dan Jericho segera menggenggam tangannya. "Kita ke dokter besok, ya?" pintanya dengan nada cemas. Maya mengangguk lemah, tetapi senyumnya tetap berusaha menenangkan suaminya.
Hari berikutnya menjadi awal dari kabar buruk yang mengubah segalanya."Kanker stadium lanjut, " kata dokter dengan suara pelan, seolah tak ingin kata-kata itu menghancurkan mereka. Dunia Jericho seketika runtuh. Maya tetap tenang, seolah sudah menerima takdirnya. Tapi Jericho? Dia tak bisa membayangkan hidup tanpa istrinya."Aku ingin kamu kuat, Chi, " kata Maya di malam itu. "Untuk Rania dan Lila.
Untuk dirimu sendiri."Tapi bagaimana mungkin? Bagaimana mungkin dia bisa kuat ketika cinta dalam hidupnya perlahan diambil pergi?
"Sebentar, sayang. Papa bangun!" serunya. Dia menoleh ke arah Maya, mengelus lembut pipi istrinya. "Bangun, Sayang. Anak-anak kita sudah menunggu."Maya membuka matanya perlahan dan tersenyum lemah. "Pagi yang indah, bukan?" bisiknya."Lebih indah karena kamu ada di sini, " jawab Jericho dengan suara lembut. Kehidupan mereka adalah potret kebahagiaan sederhana. Jericho, seorang arsitek sukses, memiliki karier yang cemerlang dan keluarga yang penuh cinta.
Bersama Maya dan dua putri mereka, Rania yang mulai beranjak remaja dan Lila yang masih polos dan ceria, hidup Jericho terasa lengkap. Namun, tak ada kebahagiaan yang abadi. Sore itu, ketika mereka sedang menikmati makan malam bersama, Maya tiba-tiba terbatuk hebat. Wajahnya pucat, dan Jericho segera menggenggam tangannya. "Kita ke dokter besok, ya?" pintanya dengan nada cemas. Maya mengangguk lemah, tetapi senyumnya tetap berusaha menenangkan suaminya.
Hari berikutnya menjadi awal dari kabar buruk yang mengubah segalanya."Kanker stadium lanjut, " kata dokter dengan suara pelan, seolah tak ingin kata-kata itu menghancurkan mereka. Dunia Jericho seketika runtuh. Maya tetap tenang, seolah sudah menerima takdirnya. Tapi Jericho? Dia tak bisa membayangkan hidup tanpa istrinya."Aku ingin kamu kuat, Chi, " kata Maya di malam itu. "Untuk Rania dan Lila.
Untuk dirimu sendiri."Tapi bagaimana mungkin? Bagaimana mungkin dia bisa kuat ketika cinta dalam hidupnya perlahan diambil pergi?