Fauzan Harry Saktyawan

Dernière sortie

Anakku Buta, Aku Harus Gimana?

Mengetahui bahwa anak lahir dalam keadaan tunanetra adalah momen yang begitu berat. Ada perasaan kaget, sedih, bingung, dan takut yang bercampur aduk di dalam hati orang tua. Seolah semua rencana yang dulu disusun rapi tiba-tiba harus dirombak dari awal. Saat itu, wajar jika banyak orang tua yang merasa masa depan anaknya telah runtuh. Berbagai ekspektasi buruk tentang kehidupan tunanetra pun mulai memenuhi kepala karena kurangnya informasi dan edukasi yang bisa menyentuh sisi psikologis dan logika orang tua.
Saya bukan terapis, bukan psikolog, dan juga bukan dokter mata. Saya hanyalah seorang tunanetra yang sedang mencoba mengurai makna dari hidup yang Tuhan takdirkan. Saya tumbuh sebagai tunanetra yang selama bertahun-tahun telah mengalami berbagai fase kehidupan hingga akhirnya mampu menemukan pijakan untuk bisa berdamai dengan diri sendiri. Kini, saat mendengar banyak orang tua yang sedang berusaha menguatkan hati dalam membesarkan anak tunanetra, hati saya sering tergerak untuk menjawab.
Bukan untuk menggurui, tapi untuk menemani karena tak sedikit dari mereka yang merasa berjalan sendiri, tanpa tahu harus bertanya ke siapa atau harus mulai dari mana. Buku ini hadir untuk mencoba menjawab berbagai keresahan itu. Di dalamnya ada 33 pertanyaan yang sering muncul di benak orang tua ketika mendampingi anaknya yang tunanetra. Mulai dari bagaimana menenangkan hati saat awal menerima kenyataan, bagaimana cara membangun rasa percaya diri anak, sampai bagaimana menyikapi ketika anak mulai tumbuh remaja, mencari jati diri, memasuki dunia kerja, atau bersiap menghadapi pernikahan.
Di buku ini, saya berbagi tentang hal-hal teknis, psikologis, dan spiritual yang sering terlupakan oleh orang tua saat membersamai tumbuh kembang anaknya yang sedang berjuang untuk berdamai dengan dirinya sendiri. Saya berharap, buku ini bisa menjadi teman duduk di kala resah, teman bicara saat bingung, dan teman penguat ketika hati terasa rapuh. Saya tahu tidak semua pertanyaan bisa saya jawab. Semoga dari pengalaman ini, ada cahaya kecil yang menyala, menuntun langkah-langkah ke depan agar lebih tenang, lebih yakin, dan lebih siap mendampingi anak dengan penuh cinta.
Selamat membaca buku ini dengan hati yang lapang.  
Mengetahui bahwa anak lahir dalam keadaan tunanetra adalah momen yang begitu berat. Ada perasaan kaget, sedih, bingung, dan takut yang bercampur aduk di dalam hati orang tua. Seolah semua rencana yang dulu disusun rapi tiba-tiba harus dirombak dari awal. Saat itu, wajar jika banyak orang tua yang merasa masa depan anaknya telah runtuh. Berbagai ekspektasi buruk tentang kehidupan tunanetra pun mulai memenuhi kepala karena kurangnya informasi dan edukasi yang bisa menyentuh sisi psikologis dan logika orang tua.
Saya bukan terapis, bukan psikolog, dan juga bukan dokter mata. Saya hanyalah seorang tunanetra yang sedang mencoba mengurai makna dari hidup yang Tuhan takdirkan. Saya tumbuh sebagai tunanetra yang selama bertahun-tahun telah mengalami berbagai fase kehidupan hingga akhirnya mampu menemukan pijakan untuk bisa berdamai dengan diri sendiri. Kini, saat mendengar banyak orang tua yang sedang berusaha menguatkan hati dalam membesarkan anak tunanetra, hati saya sering tergerak untuk menjawab.
Bukan untuk menggurui, tapi untuk menemani karena tak sedikit dari mereka yang merasa berjalan sendiri, tanpa tahu harus bertanya ke siapa atau harus mulai dari mana. Buku ini hadir untuk mencoba menjawab berbagai keresahan itu. Di dalamnya ada 33 pertanyaan yang sering muncul di benak orang tua ketika mendampingi anaknya yang tunanetra. Mulai dari bagaimana menenangkan hati saat awal menerima kenyataan, bagaimana cara membangun rasa percaya diri anak, sampai bagaimana menyikapi ketika anak mulai tumbuh remaja, mencari jati diri, memasuki dunia kerja, atau bersiap menghadapi pernikahan.
Di buku ini, saya berbagi tentang hal-hal teknis, psikologis, dan spiritual yang sering terlupakan oleh orang tua saat membersamai tumbuh kembang anaknya yang sedang berjuang untuk berdamai dengan dirinya sendiri. Saya berharap, buku ini bisa menjadi teman duduk di kala resah, teman bicara saat bingung, dan teman penguat ketika hati terasa rapuh. Saya tahu tidak semua pertanyaan bisa saya jawab. Semoga dari pengalaman ini, ada cahaya kecil yang menyala, menuntun langkah-langkah ke depan agar lebih tenang, lebih yakin, dan lebih siap mendampingi anak dengan penuh cinta.
Selamat membaca buku ini dengan hati yang lapang.  
Offrir maintenant
Ou planifier dans votre panier

Les livres de Fauzan Harry Saktyawan

Nouveauté
Anakku Buta, Aku Harus Gimana?
Fauzan Harry Saktyawan
E-book
4,49 €